Senin, 18 Maret 2013

Burn Injuries



Luka bakar merupakan jenis luka, kerusakan jaringan atau kehilangan jaringan yang diakibatkan sumber panas lebih dari 47 derajat celcius ataupun suhu dingin yang tinggi, sumber listrik, bahan kimiawi, cahaya, radiasi, friksi, sampai pada kecelakaan rumah tangga. Jenis luka dapat beraneka ragam dan memiliki penanganan yang berbeda tergantung jenis jaringan yang terkena luka bakar, tingkat keparahan, dan komplikasi yang terjadi akibat luka tersebut. Jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibanding dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan untuk penanganannya pun tinggi. Luka bakar dapat merusak jaringan otot, tulang, pembuluh darah dan jaringan epidermal yang mengakibatkan kerusakan yang berada di tempat yang lebih dalam dari akhir sistem persarafan. Seorang korban luka bakar dapat mengalami berbagai macam komplikasi yang fatal termasuk diantaranya kondisi shock, infeksi, ketidakseimbangan elektrolit dan distress pernapasan. Selain komplikasi yang berbentuk fisik, luka bakar dapat juga menyebabkan distress emosional (trauma) dan psikologis yang berat dikarenakan cacat akibat luka bakar dan bekas luka (scar).

Sebelum bicara lebih jauh tentang luka bakar, ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu apa itu kulit, organ yang paling menderita saat luka bakar.

Kulit merupakan organ yang sangat penting dalam mengatur keseimbangan cairan dan suhu tubuh. Jika oleh karena suatu sebab kulit mengalami cidera maka fungsi fungsi tersebut akan mengalami gangguan. Disamping itu, kulit juga bertindak sebagai dinding pertahahan tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus dari dunia luar.

Anatomi kulit sangat komplek dan terdiri dari berbagai struktur yang berlapis lapis. Tetapi secara umum dibagi menjadi 3 lapisan yaitu :
  1. Epidermis, lapisan terluar dari kulit manusia.
  2. Dermis, lapisan kulit yang terdiri dari kolagen dan serat elastis, tempat bersemayamnya sel sel saraf, pembuluh darah, kelenjar keringat dan folikel rambut.
  3. Hipodermis atau jaringan subkutan, lapisan kulit tempat bersemayamnya pembuluh darah besar dan sel sel saraf. Lapisan ini memegang peranan penting dalam pengaturan suhu tubuh.

Jadi, kerusakan yang diakibatkan oleh luka bakar nantinya tergantung pada lokasi luka, dalamnya luka dan seberapa luas permukaan tubuh yang terimbas.

Klasifikasi
Selain api yang langsung menjilat tubuh, baju yang ikut terbakar juga memperdalam luka bakar. Bahan baju yang paling aman adalah yang terbuat dari bulu domba (woll). Bahan sintesis seperti nilon dan dakron selain mudah terbakar juga mudah meleleh oleh suhu tinggi lalu menjadi lengket, sehingga memperberat luka. Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh kedalaman luka bakar. Walaupun demikian, beratnya luka bergantung pada dalam, luas dan letak luka. Umur dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis

Derajat Luka Bakar
Klasifikasi dari derajat luka bakar yang banyak digunakan di dunia medis adalah jenis "Superficial Thickness", "Partial Thickness" dan "Full Thickness" dimana pembagian tersebut didasarkan pada sejauh mana luka bakar menyebabkan perlukaan apakah pada epidermis, dermis ataukah lapisan subcutaneous dari kulit. Pengklasifikasian luka tersebut digunakan untuk panduan pengobatan dan memprediksi prognosis

Klasifikasi Baru
Klasifikasi Tradisional
Kedalaman luka bakar
Bentuk Klinis
Superficial thickness
Derajat 1
Lapisan Epidermis
Merah/pink pucat, capillary refill cepat, blister kecil, , Rasa sakit seperti tersengat
Partial thickness — superficial
Derajat 2
Epidermis Superficial (Lapisan papillary) dermis
Warna pink tua, Blisters ( Gelembung cairan ), capillary refill > 2detikdan  rasa sakit nyeri
Partial thickness — deep
Deep (reticular) dermis
Sampai pada lapisan berwarna putih, Tidak terlalu sakit seperti superficial derajat 2.
Bercak merah/putih,ketika ditekan capillary refill lambat/ tidak ada, bulae bias ada atau tidak
Full thickness
Derajat 3
Dermis dan struktuir tubuh dibawah dermis Fasia, Tulang, Otot
Berwarna abu/hitam, tidak ada bulae adanya eschar seperti kulit yang meleleh, perabaan keras , tidak didapatkan sensasi rasa sakit

Luka bakar juga harus diklasifikasikan sesuai dengan TBSA ( total body surface area ), dengan mempertimbangkan daerah dengan luka bakar jenis partial thickness atau full thickness (Luka bakar jenis superficial thickness tidak banyak digunakan).

Superficial thickness

Partial-Thickness Burn to the Hand

Partial-Thickness deep

Full thickness burn

  
  
Luka bakar derajat satu. Luka bakar derajat satu hanya mengenai lapisan luar kulit yang menimbulkan peradangan lokal pada daerah tersebut biasanya sembuh dalam 5-7 hari. Sunburn sering dimasukan dalam klasifikasi luka bakar ini. Peradangan yang terjadi ditandai dengan rasa nyeri, kemerahan dan pembengkakan ringan. Kulit terasa sangat perih atau nyeri saat disentuh.
Luka bakar derajat dua. Luka bakar derajat dua mencapai kedalaman dermis, tetapi masih ada elemen epitel sehat yang tersisa. Elemen epitel tersebut, misalnya sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan pangkal rambut. Dengan adanya sisa sel epitel ini, luka dapat sembuh sendiri dalam dua sampai tiga minggu. Gejala yang timbul adalah nyeri, gelembung, atau bula berisi cairan eksudat yang keluar dari pembuluh karena permeabilitas dindingnya meninggi.
Luka bakar derajat tiga. Luka bakar derajat tiga meliputi seluruh kedalaman kulit dan mungkin subkutis atau organ yang lebih dalam. Tidak ada elemen epitel hidup yang tersisa yang memungkinkan penyembuhan dari dasar luka. Oleh karena itu untuk mendapatkan kesembuhan harus dilakukan cangkok kulit. Kulit tampak pucat abu-abu gelap atau hitam, dengan permukaan lebih rendah dari jaringan sekeliling yang masih sehat. Perabaan keras seperti perkamen. Tidak ada bula dan tidak terasa nyeri.
Diagnosis banding ditentukan dengan uji tusuk jarum. Uji dilakukan dengan menusukkan jarum untuk menentukan apakah daerah luka bakar masih memiliki daya rasa. Bila tusukan ini masih terasa artinya sensorisnya masih berfungsi dan dermis masih vital, luka tersebut bukan derajat tiga.
Uniknya, luka bakar mengalami suatu proses yang dinamis artinya bisa saja saat ini luka bakar derajat satu tapi besoknya sudah berkembang menjadi derajat dua. Hal yang sama juga dapat terjadi pada luka bakar derajat dua yang dapat berkembang menjadi derajat tiga.

Pada semua derajat luka bakar, proses peradangan atau inflamasi dan akumulasi cairan akan terjadi semenjak awal terjadinya luka bakar. Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa salah satu fungsi kulit adalah sebagai dinding pelindung terhadap infeksi maka saat luka bakar, rusaknya kulit akan menyebabkan tubuh rentan kemasukan kuman.

Hanya lapisan epidermis kulit yang mampu mengalami proses regenerasi yang baik sementara bila luka bakar mengenai lapisan kulit yg lebih dalam maka akan menyebabkan kecacatan permanen dan jaringan parut yg pasti menganggu fungsi kulit.

Luas luka Bakar
Selain dalamnya luka bakar, luasnya daerah luka juga penting artinya. Luas luka bakar dan lokasi luka pada tubuh diukur dengan prosentase. Pengukuran ini disebut rule of nines dan pada bayi dan anak anak dilakukan beberapa modifikasi. Rule of nines membagi tubuh manusia dewasa dalam beberapa bagian dan setiap bagian dihitung 9%.
  • Kepala = 9%
  • Dada bagian depan = 9%
  • Perut bagian depan = 9%
  • Punggung = 18%
  • Setiap tangan = 9%
  • Setiap telapak tangan = 1%
  • Selangkangan = 1%
  • Setiap kaki = 18%
Misal, jika luka bakar mengenai kedua kaki (18% x 2 = 36%), selangkangan (1%), dada depan dan perut depan maka total luasnya luka bakar adalah 55%.
Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20 untuk anak-anak.

Untuk anak, kepala, leher 15%, badan depan dan belakang, masing-masing 20%, ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing 10%, ekstremitas bawah kanan dan kiri masing-masing 15%. Pada luka bakar kecil <15% dan luka bakar besar >85% dapat digunakan palmar tangan (termasuk jari)  untuk menghitung secara kasar luas luka bakar, meliputi 0,78% Total Body Surface Area (TBSA).
Hanya luka bakar derajat dua dan tigalah yang dihitung menggunakan rule of nine, sementara luka bakar derajat satu tidak dimasukan sebab permukaan kulit relatif bagus sehingga fungsi kulit sebagai regulasi cairan dan suhu masih baik.
Untuk pengukuran yang lebih spesifik, digunakan Lund-brawder chard

Lokasi luka bakar
Selain dalam dan luasnya permukaan, prognosis dan penanganan ditentukan oleh letak daerah yang terbakar, usia, dan keadaan kesehatan penderita.
  • Jika luka bakar mengenai wajah, hidung, mulut atau leher, dapat menganggu kelancaran jalan nafas sehingga menimbulkan masalah pernafasan.
  • Jika luka bakar melingkar pada dada, akan menghambat gerakan otot dada sehingga proses pergerakan dada saat bernafas akan terganggu.
  • Jika luka bakar melingkar pada tangan, kaki, jari jemari tangan atau kaki dapat terjadi kerusakan pembuluh darah sehingga aliran darah ke bagian ujung organ tersebut akan bermasalah.
  • Jika luka bakar mengenai persendian tangan atau kaki dengan penanganan yang tidak tepat, ketika sembuh kecacatan yang terjadi akan menganggu pergerakan sendi.
  • Karena bayi dan orang usia lanjut daya kompensasinya lebih rendah maka bila terbakar digolongkan dalam golongan berat.
American  burn Asociation mengklasifikasikan



Oleh karena itu, diagnosis luka bakar harus meliputi:
  1. Etiologi
  2. Derajat luka bakar
  3. Luas luka bakar
Patofisiologi
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan bula yang mengandung banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua, dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat tiga.

Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20% akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun dan produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi perlahan-lahan maksimal terjadi setelah 8 jam.

Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi pada di wajah, dapat terjadi kerusakan mukosa jalan nafas karena gas, asap, atau uap panas yang terhisap. Udem laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan nafas dengan gejala sesak nafas, takipnea, stridor, suara serak, dan dahak berwarna gelap akibat jelaga.

Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. Karbon monoksida akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual, dan muntah. Pada keracunan yang berat terjadi koma. Bila lebih dari 60% hemoglobin terikat CO penderita dapat meninggal.

Setelah 12-24 jam permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi serta penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh darah. Ini ditandai dengan meningkatnya diuresis.

Pada luka bakar listrik yang terjadi adalah kematian jaringan yang disebabkan oleh panas yang disebabkan aliran listrik. Kedalaman luka tergantung dari besarnya voltase listrik, lama pajanan, luas area dan bagian tubuh yang terkena. Seringnya yang tampak superficial luka kecil, tetatpi dalamnya terkena luas hingga bias mengenai organ dalam.

Luka bakar karena listrik dapat menyebabkan patah tulang, henti jantung pada 24-48 setelah pajanan, asidosis metabolic yang segera timbul. Myoglobinuria timbul karena myoglobin dalam jumlah besar yang dilepaskan oleh otot menuju ginjal, mengakibatkan pembengkakaan yang akhirnya menjadi acute renal tubular necrosis

Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati yang merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman akan mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit diatasi karena daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh kapiler yang mengalami trombosis. Padahal, pembuluh ini membawa sistem pertahanan tubuh atau antibiotik. Kuman penyebab infeksi pada luka bakar selain berasal dari kulit penderita sendiri, juga dari kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi nasokomial ini biasanya sangat berbahaya karena kumannya banyak yang sudah resisten terhadap berbagai antibiotik.

Pada awalnya, infeksi biasanya disebabkan oleh kokus Gram positif yang berasal dari kulit sendiri atau dari saluran napas, tetapi kemudian dapat terjadi invasi kuman Gram negatif. Pseudomonas aeruginosa yang dapat menghasilkan eksotoksin protease dan toksin lain yang berbahaya, terkenal sangat agresif dalam invasinya pada luka bakar. Infeksi pseudomonas dapat dilihat dari warna hijau pada kasa penutup luka bakar. Kuman memproduksi enzim penghancur keropeng yang bersama dengan eksudasi oleh jaringan granulasi membentuk nanah. Infeksi ringan dan noninvasif (tidak dalam) ditandai dengan keropeng yang mudah terlepas dengan nanah yang banyak. Infeksi yang invasif ditandai dengan keropeng yang kering dengan perubahan jaringan di tepi keropeng yang mula-mula sehat menjad nekrotik, akibatnya luka bakar yang mula-mula derajat II menjadi derajat III. Infeksi kuman menimbulkan vaskulitis pada pembuluh kapiler di jaringan yang terbakar dan menimbulkan trombosis sehigga jaringan yang didarahinya nanti.

Bila luka bakar dibiopsi dan eksudatnya dibiak, biasanya ditemukan kuman dan terlihat invasi kuman tersebut ke jaringan sekelilingnya, luka bakar ini disebut luka bakar septik. Bila penyebabnya kuman Gram positif, seperti stafilokokus atau basil Gram negatif lainnya, dapat terjadi penyebaran kuman lewat darah (bakteremia) yang dapat menimbulkan fokus infeksi di usus. Syok septik dan kematian dapat terjadi karena toksin kuman yang menyebar di darah.


Bila penderita dapat mengatasi infeksi, luka bakar derajat II dapat sembuh dengan meninggalkan cacat berupa parut. Penyembuhan ini dimulai dari sisa elemen epitel yang masih vital, misalnya sel sebasea, sel basal, sel kelenjar keringat, atau sel pangkal rambut. Luka bakar derajat II yang dalam mungkin meninggalkan parut hipertrofik yang nyeri, gatal, kaku dan secara estetik sangat jelek. Luka bakar derajat III yang dibiarkan sembuh sendiri akan mengalami kontraktur. Bila ini terjadi di persendian, fungsi sendi dapat berkurang atau hilang.

Pada luka bakar berat dapat ditemukan ileus paralitik, dan pada fase akut maka peristaltis menurun atau berhenti karena syok, sedangkan pada fase mobilisasi maka peristaltis dapat menurun karena kekerungan ion kalium. Stres dan beban faal yang terjadi pada penderita luka bakar berat dapat menyebabkan terjadi tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala yang sama dengan gejala tukak peptik, yang disebut sebagai tukak Curling. Yang dikhawatirkan pada tukak Curling adalah penyulit perdarahan yang tampil sebagai hematemesis dan, atau melena.

Jaringan nekrosis yang ada melepas toksin (burn toxin, suatu lipid protein kompleks) yang dapat menimbulkan SIRS bahkan sepsis yang menyebabkan disfungsi dan kegagalan fungsi organ-organ tubuh seperti hepar dan paru (ARDS), yang berakhir kematian. Reaksi inflamasi yang berkepanjangan akibat luka bakar menyebabkan kerapuhan jaringan dan struktur-struktur fungsional. Kondisi ini menyebabkan timbulnya parut yang tidak beraturan (hipertrofik), kontraktur, deformitas sendi dan lain-lain.

Fase permulaan luka bakar merupakan fase metabolisme sehingga keseimbangan protein menjadi negatif. Protein tubuh banyak hilang karena eksudasi, metabolisme tinggi dan infeksi. Penguapan berlebihan dari kulit yang juga memerlukan kalori tambahan. Tenaga yang diperlukan tubuh pada fase ini terutama didapat dari pembakaran protein dari otot skelet. Oleh karena itu, penderita menjadi sangat kurus, otot mengecil, dan berat badan menurun. Dengan demikian, korban luka bakar menderita penyakit berat yang disebut penyakit luka bakar. Bila luka bakar menyebabkan cacat, terutama bila luka mengenai wajah sehingga rusak berat, penderita mungkin mengalami beban kejiwaan berat. Jadi, prognosis luka bakar terutama ditentukan oleh luasnya luka bakar.

Penatalaksanaan

Keberhasilan mengobati luka bakar tergantung pada seberapa cepat dan tepat cara penanganannya. Luka bakar adalah darurat medis, membutuhkan penanganan yang "cepat" dan "tepat" di tempat dan saat kejadian. Menunda penanganan membuat luka bakar berakibat lebih parah, dan penanganan yang tidak tepat juga memperburuk keadaan luka bakar.

Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api pada tubuh, Seorang yang sedang terbakar akan  merasa panik, dan akan belari untuk mencari air. Hal ini akan memperbesar kobaran api karena tertiup oleh angin. Oleh karena itu, segeralah hentikan (stop), jatuhkan (drop), dan gulingkan (roll) orang itu agar api segera padam  dan bagian pakaian yang terbakar tidak meluas. Bila memiliki karung basah, segera gunakan air atau bahan kain basah untuk memadamkan apinya. Sedang untuk kasus luka bakar karena bahan kimia atau benda dingin, segera basuh dan jauhkan bahan kimia atau benda dingin. Matikan sumber listrik, apabila terjadi luka bakar listrik. Cincin, kalung dan semua benda yang tidak penting sebaiknya disingkirkan, lepaskan baju yang tersiram air panas/terbakar. Jangan gunakan pasta gigi, kopi mentega atau yang sejenisnya untuk mengobati luka bakar.

Pertolongan pertama setelah sumber panas dihilangkan adalah menyiraminya dengan air mengalir bersuhu ruangan 15 derajat selama sekurang-kurangnya dua-puluh menit. Jangan menyemprotkan luka bakar dengan air yang bertekanan tinggi, biarkan air mengalir di atas daereh yang terbakar selama Anda bisa. Luka bakar ringan dapat didinginkan dengan air keran di wastafel. Jangan gunakan es untuk mendinginkan luka bakar. Es dapat menyebabkan serangan dingin yang sangat cepat bila digunakan pada luka bakar karena kulit sudah rusak. Luka bakar pada daerah wajah, tangan dan kaki harus selalu diwaspadai sebagai luka bakar berat.  Jika harus dibawa ke puskesmas atau rumah sakit, pendinginan dengan lap basah yang bersih dapat dilakukan, selimuti tubuh dengan selimut bersih dan kering serta jaga supaya jangan terjadi hipotermi.

Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung terus setelah api dipadamkan sehingga destruksi tetap meluas. Proses ini dapat dihentikan dengan mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama. oleh karena itu, menyiram bagian yang terbakar selama dua-puluh menit pertama dalam air sangat bermanfaat untuk menurunkan suhu jaringan sehingga kerusakan lebih dangkal dan diperkecil. Cara ini bermanfaat untuk mendinginkan luka bakar, mengurangi nyeri dan mengurangi edema. Hasil penelitian menyebutkan, mengalirkan air di kulit yang terbakar selama 20 menit dapat mempercepat pembentukkan jaringan di sekitar lokasi luka bakar dalam waktu dua minggu. Air mengalir ini juga dapat mengurangi jaringan bekas luka bakar dalam waktu sekitar 6 minggu

Pada luka bakar ringan, prinsip penanganan utama adalah mendinginkan daerah yang terbakar dengan air, mencegah infeksi dan memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk berproliiferasi, dan menutup permukaan luka. Luka dapat dirawat secara tertutup atau terbuka.
Pada luka bakar yang berat, selain penanganan umum seperti pada luka bakar ringan, Jika luas luka bakar lebih dari 15 – 20% maka tubuh telah mengalami kehilangan cairan yang cukup signifikan dan cairan yang hilang tidak segera diganti maka pasien dapat jatuh ke kondisi syok atau renjatan.

Perhitungan penggantian cairan per infus dengan rumus Baxter :
  • 4cc/KgBB/% luka bakar = kebutuhan cairan permulaan dalam 24 jam yang setengahnya diberikan pada 8 jam pertama, dan sisanya dalam 16 jam berikutnya (dewasa)
  • Untuk resusitasi, gunakan RL titrasi per jam, monitor klinis pasien dan urine output 0,5-1ml/kg/jam pada dewasa dan 1-1,5ml/kg/bb pada anak (American Burn Asociation)
  • Pada anak, digunakan :
    1. 4ml/KgBB untuk 10kg pertama
    2. 2ml/KgBB untuk 10kg berikutnya
    3. 1ml/KgBB untuk >20Kg sisanya
Semakin luas atau besar prosentase luka bakar maka resiko kematian juga semakin besar. Pasien dengan luka bakar dibawah 20% biasanya akan sembuh dengan baik, sebaliknya mereka yang mengalami luka bakar lebih dari 50% akan menghadapi resiko kematian yang tinggi.
Bila penderita menunjukkan gejala terbakarnya jalan nafas, seperti: riwayat terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang terbakar, dan sputum yang berwarna hitam, dapat diberikan campuran udara lembab dan oksigen. Pikirkan adanya oedem laring, persiapan pemasangan pipa endotrakeal atau dibuat trakeostomi. Trakeostomi berfungsi untuk membebaskan jalan  nafas, mengurangi ruang mati, dan memudahkan pembersihan jalan nafas dari lendir atau kotoran. Bila ada dugaan keracunan CO, dapat diberikan oksigen murni. 
Adanya eschar yang melingkari dada dapat menghambat gerakan dada untuk bernapas, segera lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada trauma-trauma lain yang dapat menghambat gerakan pernapasan, misalnya pneumothorax, hematothorax, dan fraktur costae
eschar pada dada

Perawatan lokal adalah mengoleskan luka dengan antiseptik dan membiarkannya terbuka atau menutupnya dengan balutan yang sesuai. Kalau perlu penderita dimandikan, cuci luka dengan sabun bayi. Selanjutnya dapat diberikan pencegahan tetanus berupa ATS (Anti Tetanus Serum) dan atau  toksoid. Bila penderita kesakitan dapat diberikan Paracetamol,  Ibuprofen, dan opioids

Perawatan dan  penutupan  luka bakar
Balutan  pada luka akan memberikan perlindungan untuk luka, membantu proses penyembuhan pada luka dengan eksudat, member respon psikologis yang baik pada pasien, mengurangi nyeri dan memberikan kelembapan yang diperlukan untuk proses penyembuhan.

Untuk pasien dengan luka bakar akut yang akan dirujuk ke unit luka bakar, cling film adalah balutan yang ideal. Selain melindungi luka, mengurangi evaporasi, cling film tidak mengubah tampilan  luka.

Balutan tradisional menggunakan gauze, tulle grass, keuntungannya murah, mudah didapat tetapi menyebabkan nyeri pada pasien ketika dilakukan penggantian. Selain itu digunakan pula silver sufadiazine cream yang tersedia luas dan cukup murah, dapat menembus eskar, tetapi pemakaian jangka panjang dapat menyebabkan acute renal failure dan leuokopeni sementara, selain itu silver sufadiazine cream  berwarna putih sehingga mengganggu penilaian luka.

Sedangkan untuk balutan modern, menggunakan  transparent film dressing, foam dressing, hydrogel, nano crystalline silver, synthetic silicone mesh. Keuntungannya mudah digunakan, simple, tidak nyeri ketika penggantian, menjaga kelembapan  tetapi harganya masih mahal dan belum tersedia bebas.

Kriteria penggantian balutan:
  1. Balutan lepas
  2. Kotor, eksudat berlebih
  3. Demam
  4. Bau
  5. Bengkak
Setelah luka sembuh/berproliferasi, jaga kelembapan dengan menggunakan minyak zaitun . Minyak Zaitun bisa menghilangkan luka bakar meski memerlukan waktu yang lama, caranya oleskan minyak pada bekas luka secara rutin . Dengan demikian luka sedikit demi sedikit akan memudar . lakukanlah setiap setelah mandi dan sebelum tidur.

Splinting
Splint adalah alat bantu yang kaku dan tidak bersendi yang dipasang pada anggota gerak dengan:
  • Luka bakar derjat II-III dekat sendi
  • Sulit melakukan proper positioning terutama pada usia lanjut, anak, kesadaran menurun
  • Periode imobilisasi pasca skin grafting
  • Ada cedera tendon atau perifer
Pedoman penggunaaan:
  • Bahan tidak mengganggu pengobatan topical serta harganya tidak mahal
  • Ukuran pas dan nyaman
  • Tidak memberikan penekanan
  • Mudah dikenakan, dilepas dan dibersihkan
Proper positioning


Daerah luka bakar
Deformitas
Posisi Pencegahan
Leher


Bagian anterior sirkumferensial
Kontraktur fleksi leher
Tidak memakai bantal dibawah kepala
Bagian posterior
Kontraktur ekstensor leher
Prone: Bantal dibawah dada bagian atas
Supine: bantal kecil dibawah leher
Axilla


Anterior
Adduksi dan internal rotasi
Sendi bahu abduksi 80˚-90˚ dan eksternal rotasi
Posterior
Abduksi dan eksternal rotasi
Bahu fleksi anterior dan abduksi 80˚-90˚
Elbow


Anterior atau sirkumferensial
Fleksi dan pronasi
Lengan bawah ekstensi dan supinasi
Wrist


Total
Fleksi
Splint ekstensi 15˚
Volar dorsal
Ekstensi
Splint flexi 15˚
Hip


Termasuk inguinal dan personal
Rotasi interna, fleksi, adduksi
Sublukasi sendi bila kontraktur berat
Rotasi netral dan abduksi serta mempertahankan ekstensi dengan posisi prone atau bantal di bawah pantat
Knee


Popliteal atau sirkumferensial
Fleksi
Ekstensi splint posterior atau penyangga tumit
Tanpa Bantal
Dibawah lutut saat supine
Dibawah ankle saat prone
Ankle



Plantar fleksi bila otot dorsofleksor kaki lemah atau tendon terpisah
Dorsofleksi 90˚  lebih baik dengan splint dibandingkan footboard



Kontraktur

Macam-macam splint
Airplane splint

Mouth splint

Pressure garment

Nutrisi pada pasien luka bakar
Pada pasien luka bakar terjadi kehilangan energy dan nitrogen yang besar, untuk itu diperlukan dukungan nutrisi yang sesuai untuk mengurangi komplikasi, kematian dan mempercepat penyembuhan.
Besarnya kalori pada pasien luka bakar dapt dihitung dengan menggunakan rumus Curreri 
 25 kcal/kg/day plus 40 kcal/% TBSA 
Contoh pada pasien dengan berat 50 kg dan luas luka bakar 50% TBSA:
(25 x 50) + (40 x 50) = 1250 + 2000 = 3250 Kcals
Pada pasien dengan luas luka bakar < 25% dan tidak didapatkan cedera pada muka, trauma inhalasi, atau malnutrisi dan tidak ada penyulit lain dapat diberikan diet TKTP secara oral.
Direkomendasikan pemberian makanan secara enteral dimulai secepatnya setelah resusitasi cairan tercapai untuk menjaga kerja dari GIT. Selain itu, nutrisi enteral meningkatkan sintesa protein pada hati yang akan mengurangi perpindahan bakteri pada usus.  

Jumlah dan jenis nutrisi yang diberikan diubah sesuai dengan perubahan klinis pasien, kapasitas dari GIT dan pemulihan dari peristaltic usus. Perlu dipikirkan juga pemberian nutrisi parentral ketika enteral tidak dapat mencapai jumlah yang diharapkan.